KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT,
karena atas
izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat penulis rampungkan
tepat pada waktunya.
Penulisan dan
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa
Indonesia. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Pengembangan Paragraf Argumentasi
dan Persuasi.
Dalam penulisan
makalah ini penulis menemui
berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan penulis mengenai hal
yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Penulis menyadari akan kemampuan yang masih
amatir. Dalam makalah ini penulis sudah berusaha
semaksimal mungkin, walaupun masih terdapat banyak kekurangan disana-sini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan
saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang.
Penulis berharap, makalah ini dapat menjadi track record
dan menjadi referensi dalam mengarungi masa depan. Penulis juga berharap
agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
Semarang, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL..................................................................................... i
KATA
PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR
ISI............................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2. Ruang Lingkup Masalah........................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
1.4. Sistematika Penulisan................................................................................ 5
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................. 6
2.1. Argumentasi............................................................................................. 6
2.1.1.
Pengertian Argumentasi.................................................................. 6
2.1.2. Topik dan Metode Argumentasi...................................................... 8
2.2. Argumentasi dan Persuasi....................................................................... 13
2.3. Persuasi................................................................................................. 16
2.3.1. Pengertian Persuasi...................................................................... 16
2.3.2. Dasar-dasar Persuasi................................................................... 18
2.3.3.
Metode Persuasi......................................................................... 19
2.3.4. Pembagian Karangan Persuasi..................................................... 22
BAB III
PENUTUP.................................................................................... 26
4.1 Kesimpulan. ..................................................................................... 26
4.2. Saran .............................................................................................. 27
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Menulis
paragraf termasuk kegiatan mengarang.
Hasil dari kegiatan mengarang adalah berupa karangan. Karangan merupakan bentuk
tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan menulis atau pengarang dalam
kesatuan yang utuh.
Untuk menulis
sesuatu hal yang menarik kita perlu berfikir. Sebuah paragraf yang menarik, pertama kita
harus tahu apa itu
paragraf. Paragraf merupakan sekelompok kalimat yang mengandung beberapa
informasi yang relevan tentang suatu ide. Paragraf yang baik biasanya terpusat
pada satu topik kalimat. Ketika kita mempunyai petunjuk untuk mulai menulis,
kita dapat menyelesaikan paragraf tersebut dengan sukses. Sebuah kalimat topik
akan membantu kita untuk memilih informasi yang relevan.
Pada dasarnya
paragraf terdiri dari 3 bagian, yaitu perkenalan, isi dan kesimpulan. Pada
bagian perkenalan, sebuah paragraf akan secara langsung memaparkan sesuatu yang
menjadi tema atau topik paragraf tersebut. Dalam bagian ini masalah belum
sepenuhnya dipaparkan. Biasanya hanya secara global saja sebuah masalah itu
diperkenalkan. Kemudian pada bagian isi, tema paragraf tersebut mulai
memunculkan masalah utamanya, yang tadinya global kemudian mulai mengerucut.
Ide pokoknya mulai menampakkan klimaksnya. Dan yang terakhir merupakan bagian
kesimpulan. Bagian berisi suatu pemecahan dari masalah yang telah dipaparkan
pada bagian isi tadi. Di bagian ini pula diberikan suatu kesimpulan tentang
paparan yang sudah tertulis diatas.
Paragraf deduktif dan induktif adalah
salah satu contoh paragraf yang dilihat dari letak gagasan utamanya.
1. Paragraf
Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf
yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf dan dilengkapi dengan kalimat
penjelas sebagai pelengkapnya. Paragraf ini diawali dengan pernyataan umum dan
disusul dengan penjelasan umum.
2. Paragraf
Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf
yang kalimat utamanya terletak diakhir kalimat dan kalimat penjelasnya terletak
di awal paragraf. Paragraf ini diawali dengan urutan pernyataan khusus dan
disusul dengan pernyataan umum.
Selain
itu, sebuah paragraf selalu mengalami pengembangan. Pengembangan paragraf mencakup dua hal, yaitu :
1. Kemampuan memerinci secara maksimal
gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan.
2. Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan
bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
Contoh
dari pengembangan paragraf tersebut adalah Argumentasi dan Persuasi.
Argumentasi khusus mempersoalkan bagaimana seorang pengarang menyajikan suatu
komposisi dengan sasaran utama mempengaruhi dan mengubah sikap dan pendapat
orang lain, baik pembaca maupun pendengar dengan mempergunakan fakta yang ada.
Sedangkan Persuasi lebih menekankan
persesuaian emosional daripada kesepakatan rasional yaitu meyakinkan dengan
bahasa membujuk. Hal tersebut merupakan dasar bagi penulis untuk menyusun
makalah : “ PENGEMBANGAN PARAGRAF ARGUMENTASI
DAN PERSUASI “.
1.2.
Ruang Lingkup Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang
maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah
yang dimaksud dengan argumentasi dan persuasi ?.
2. Bagaimana
pengembangan karangan argumentasi dan persuasi ?.
1.3.
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dalam penulisan makalah ini adalah supaya kita dapat mengetahui pengembangan
dan penilaian paragraf argumentasi dan persuasi, termasuk di dalamnya perbedaan
diantara kedua paragraf tersebut. Jadi dengan penulisan makalah ini kita dapat
melatih dalam membuat suatu paragraf argumentasi maupun persuasi yang baik
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam kedua paragraf tersebut.
1.4.
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyusun
sistematika sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penulisan makalah ini
menjelaskan dari bab ke bab secara garis besar. Di bawah ini adalah
sistematikan penyusunan makalah :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi
tentang Latar Belakang, Ruang Lingkup Permasalahan, Tujuan Penulisan Makalah
dan Sistematika Penelitian.
BAB II PEMBAHASAN
Pada
bab ini berisi tentang pengertian argumentasi dan persuasi, serta pengembangan
dan penilaian dari kedua paragraf tesebut. Termasuk di dalamnya dijelaskan
mengenai perbedaan yang terdapat diantara paragraf argumentasi dan persuasi. Hal
ini akan membantu dalam pembahasan dan pemahaman makalah ini.
BAB III PENUTUP
Memuat
kesimpulan dan saran-saran.
PEMBAHASAN
2.1. Argumentasi
Karangan yang bertujuan untuk
meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa
pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat
2.1.1. Pengertian
Argumetasi
Argumentasi adalah suatu
bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain,
agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diingikan
oleh penulis atau pembicara.[1]
Melalui argumentasi, seorang penulis
berusaha merangkaiakan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga dia mampu
menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak.
Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan
dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain daripada usaha untuk
mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan
sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
Dasar sebuah
tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan juga logis . Argumentasi
disamping memerlukan kejelasan, memerlukan juga keyakinan dengan perantaraan
fakta-fakta itu. Sebab itu, penulis harus meneliti apakah semua fakta yang akan
dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula bagaiman relevansi kualitasnya
dengan maksudnya.
Berbicara mengenai sebuah
tulisan argumentasi, terdapat beberapa dasar yang penting yang menjadi landasan
argumentasi. Pertama adalah mengenai penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan
pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu proses berfikir untuk merangkaikan
fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat. Yang
kedua adalah mengenai beberapa corak penularan. Yang ketiga adalah, bagaimana mengadakan
penilaian atau penolakan atas pendapat orang lain atau pendapat sendiri yang
pernah dicetuskan. Yang keempat merupakan bagaimana menyususn tulisan
argumentasi itu sendiri dan yang terakhir adalah dikemukakannya masalah
persuasi yang bertalian erat dengan argumentasi.[2]
2.1.2. Topik dan Metode
Argumentasi
Manusia yang disodori argumentasi tidak
bergerak karena bentuk yang disampaikan kepadanya, tetapi ia tergerak oleh isi
dari argument yang dikemukakannya. Inilah yang sanggup menggerakkan totalitas
seorang manusia. Logika adalah sesuatu yang dipergunakan untuk membantu sebuah
argumentasi yang lebih banyak mempersoalkan bentuk.
Untuk mengatasi kekuarangan yang
terkandung dalam logika, Aristoteles menambahkan bahwa di samping keabsahan
bentuk, harus pula dilihat pula dari kebenaran isinya. Dia mengartikan isi
argument sebagai suatu kelompok sumber atau topik. Topik inilah yang dapat
memberikan fakta-fakta bagi sebau karya argumentasi. Sebalknya, topik atau
sumber atau pokok persoalan, terdiri dari bagian-bagian pengalaman yang
merupakan kesatuan, yang dapat menurunkan proposisi-proposisi bagi sebuah
argumen. Oleh karena itu, sebuah proposisi haruslah mengandung kebenaran.
Topik yang dijadikan landasan
proposisi-proposisi dapat dijabarkan menjadi bermacam-macam metode argumnetasi.
Karena yang akan dicapai oleh seorang pengarang dalam sebuah argumentasi adalah
untuk merebut kepercayaan dari pembaca, dan berusaha agar pembaca mengubah
sikap dan pendapat mereka. Oleh karena itu, semakin banyak fakta disodorkan,
semakin kuat pula pembuktian yang dilakukan oleh pengarang.
Beberapa metode yang dikembangkan dari
topil yang ada adalah :
a. Genus
dan Definisi
Dalam hal ini, manusia merupakan sebuah
genus atau kelas. Dalam genus ini terdapat semua argumen atau bukti yang
dimiliki oleh semua anggota kelas, dimana manusia sebagai salah satu anggota
kelasnya. Di sini pengarang harus mengajukan argumen atau fakta mengenai genus,
sehingga dapat meyakinkan semua orang bahwa benar kelas itu memiliki cirri-ciri
tersebut.
Argumentasi dilanjutkan dengan proposisi
yang mempergunakan manusia sebagai sebuah genus atau kelas. Dalam tahap ini,
pengarang berusaha kembali untuk mengemukakan cirri yang dianggap sebagai
cirri-cairi dari seorang manusia, seperti berakal budi, bebas berpendapat,
bebas berfikir dan bebas untuk menentukan nasibnya sendiri.
Keberhasilan retorika disini akan
tercapai, juka penulis sanggup mengungkapkan hal0hal yang betul-betul
merangsang setiap orang untuk mepercayai dan menerima bahwa hal-hal itulah
merupakan cirri-ciri manusia. Apabila dia mengemukakan ciri-ciri yang tidak
diterima oleh pembaca sebagai cirri manusia, maka akan lemahlah argumentasinya.
Argumentasi mempergunakan definisi
sebagai landasan geraknya yang cenderung menguraikan objek dan kelasnya. Definisi
itu tidak lain daripada usaha menetapkan genus bagi objek yang dibicarakan. Dan
penulis biasaya membuat definisi luas dengan berusaha menjelaskan cirri-ciri
yang dikenakan pada sebuah genus.
Argumen-argumen yang mempergunakan genus
dan definisi memiliki hakikat yang sama, sebab keduanya mempergunakan
klasifikasi yang sudah ada. Di samping argumentasi yang dibangun berdasarkan
genus dan definisi, terdapat juga argumen dengan mempergunakan contoh-contoh.
Argumen ini juga dimasukkan dalam kelompok ini, karena contoh selalu mencakup
sebuah kelas yang lebih umum. Genus adalah sesuatu yang lebih luas lingkupnya
dari obhek yang dibicarakan, sedangkan contoh merupakan genus dari objek yang
dibicarakan.
b. Sebab
dan Akibat
Topik atau isi argumen yang didasarkan
pada sebab-akibat selalu mempergunakan proses berpikir yang bercorak kasual.
Proses berpikir ini menyatakan, bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah
akibat yang sebanding atau sebuah akibat tertentu akan mencakup pula sebab yang
sebanding.
c. Keadaan
atau Sirkumstansi
Keadaan sendiri adalah suatu proses yang
digolongkan dalam proses sebab-akibat. Sirkumstansi atau keadaan tergolong
dalam relasi kausal. Tetapi jauh tidak ada alternatif lain, maka keadaan itulah
yang dijadikan argumen.
d. Persamaan
Kekuatan argumentasi
dengan mempergunakan metode persamaan terletak pada suatu pernyataan mengenai
kesamaan antara dua barang. Apabila argumentasi mempergunakan persamaan sebagai
landasan metodenya, maka premis mayor mengemukakan prinsip-prinsip persamaan,
yang memang menurut logika tidak dapat disangkal.
Premis minor sebaliknya mengungkapkan
fakta-fakta persamaan yang ada antara dua hal tersebut. Sebaliknya, kesimpulan
mengungkapkan tentang kemungkinan persamaan itu lebih lanjut.
e. Perbandingan
Antara persamaan (similitude) dan
perbandingan terdapat kesamaan tetapi juga terdapat perbedaan. Dalam
perbandingan tercakup pengertian, bahwa salah satu dari hal yang
diperbandingkan lebih kuat dari hal lain yang dijadikan dasar perbandingan.
f. Pertentangan
Argumentasi dengan metode pertentangan
tau kebalikan berasumsi bahwa jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau
situasi tertentu, maka situasi atau fakta yang bertentangan dengan fakta dan
situasi yang tadi akan membawa bencana atau malapetaka bagi kita.
Argumentasi dengan mempergunakan cara
ini termasuk dalam argumentasi yang
didasarkan pada relasi antar pelbagai fakta dan peristiwa, seperti halnya
dengan persamaan dan perbandingan.
g. Kesaksian
dan Autoritas
Kesaksian atau autoritas merupakan topik
atau sumber yang bersifat dari luar. Disebut sebgai sumber luar karena semua
premis atau proposisi yang digunakan merupakan persepsi orang lain yang siap
kita gunakan. Argumen dengan mempergunakan autoritas, didasarkan pada pendapat
atau ucapan dari seseorang yang terkenal atau yang diakui keahliannya.
2.2. Argumentasi dan Persuasi
Karena persuasi bertolak dari kepercayaan terhadap
orang yang diajak bicara dan sebaliknya, maka terdapatlah garis singgung antara
argumentasi dan persuasi. Karena garis singgung tersebut, banyak orang
beranggapan bahwa persuasi merupakan sinonim atau istilah yang mempunyai makna
yang sama dengan argumentasi.
Namun
bagaimanapun juga, antar kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yang jelas.
Bila kita memperhatikan uraian mengenai argumentasi, maka tampak bahwa cirri
khas argumentasi adalah usaha membuktikan suatu kebenaran sebagai digariskan
dalam proses penalaran penulis atau dengan kata lain argumentasi adalah suatu
proses untuk mencapai suatu kesimpulan. Sebaliknya, persuasi adalah suatu keahlian
untuk mencapai suatu persetujuan atau kesesuaian kehendak pembicara dan yang
diajak bicara. Ia merupakan proses untuk meyakinkan orang lain supaya orang itu
menerima apa yang diinginkan pembicara atau penulis.
Dengan
demikian perbedaan antara argumentasi dan persuasi adalah sebagai berikut :
a. Menyangkut
kebenaran atau kesepakatan
Keduanya merupakan hasil dari suatu
proses berpikir. Kebenaran merupakan hasil dari proses penalaran dalam
argumentasi, sedangkan kesepakatan adalah hasil dari proses berpikir dalam
persuasi.
b. Sasaran
proses berpikir
Sasaran proses berpikir dalam
argumentasi adalah kebenaran mengenai subjek yang diargumentasikan, sedangkan
sasaran proses berpikir dalam persuasi adalah hadirin, yaitu usaha bagaimana
merebut kesepakatan dari para hadirin.
c. Analisa
Persuasi memerlukan analisa yang cermat
mengenai hadirin dan seluruh situasi yang ada, sedangkan argumentasi memerlukan
analisa yang cermat mengenai fakta-fakta yang ada untuk membuktikan kebenaran
itu. Dalam melakukan analisa proses dapat pula dipergunakan teknik narasi.[3]
d. Perbedaan
jumlah fakta yang dipergunakan
Dalam argumentasi, semakin banyak fakta
yang dipergunakan, semakin kuat pula kebenaran yang dipertahankan. Sebaliknya,
dalam persuasi fakta yang dipergunakan seperlunya saja.
e. Situasi
yang dimasuki
Pada waktu mengadakan argumentasi,
situasi dominan yang timbul adalah situasi keragu-raguan dan situasi konflik
mengenai kebenaran dari persoalan yang diargumentasikan. Sebaliknya dalam
persuasi, pembicara selalu berusaha sejauh mungkin menghindari situasi konflik.
Pembuktian harus disampaikan sedemikian rupa, sehingga tidak sampai menciptakan
situasi konflik.
2.3.
Persuasi
Karangan yang
berisi ajakan kepada pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang
meyakinkan sehingga pembaca membenarkannya dan bersedia melaksanakan ajakan
hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat banyak. Lazimnya berbentuk prosa.
2.3.1.
Pengertian Persuasi
Persuasi
adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan
sesuatu yang dikehendaki pembicara (bentuk lisan, misalnya pidato) atau oleh penulis
(bentuk tulisan, cetakan,elektronik) pada waktu ini atau pada waktu yang akan
datang.[4]
Persuasi
dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan. Mereka yang
menerima persuasi harus mendapat keyakinan bahwa keputusan yang diambilnya
merupakan keputusan yang benar dan bijaksana serta dilakukan tanpa paksaan.
Persuasi tidak
mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi.
Sehingga untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya
diperlukan upaya-upaya tertentu yaitu dengan menyodorkan bukti-bukti, walaupun
tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi.
Kepercayaan merupakan
unsure utama dalam persuasi. Walaupun demikian, tindakan persuasi itu sendiri
tidak harus diarahkan kepada kepercayaan, tetapi juga dapat diarahkan kepada
jangkauan yang lebih jauh, yaitu agar yang diajak bicara dapat melakukan
sesuatu. Sebab itu, persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia
dapat diubah.
Dari uraian diatas maka
dapat diketahui bahwa ciri-ciri daripada persuasi adalah sebagai berikut :
a. Harus
menimbulkan kepercayaan pendengar/pembacanya.
b. Bertolak
atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
c. Harus
menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara. pembicara/penulis dan yang
diajak berbicara/pembaca.
d. Harus
menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.
e. Harus ada
fakta dan data secukupnya.
Dan yang tergolong ke
dalam persuasi adalah :
a. Bentuk
pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan, dan penjual jamu ditempat-tempat
terbuka.
b. Bentuk
tulisan berupa iklan dan selebaran.
c. Bentuk
elektronik, misalnya iklan di televisi, bioskop, dan internet.
2.3.2.
Dasar – dasar Persuasi
Dalam
bukunya Rhetorica, Aristoteles mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi untuk
mengadakan persuasi. Ketiga syarat tersebut adalah dasar-dasar bagi sebuah
persuasi. Dan apabila salah satu syarat tidak dipenuhi maka kesepakatan akan
lebih susah diraih. Ketiga syarat-syarat tersebut adalah :
a. Watak
dan Kredibilitas
Orang yang akan mengadakan persuasi harus memiliki
kualitas yang baik dan terpercaya dalam segala hal diantaranya adalah memiliki
watak yang baik dan terpercaya, memiliki kemampuan berpikir secara teratur,
selalu memperlihatkan simpati, memperlihatkan sikap mempercayai orang lain dan
sebagainya.
b. Kemampuan
Mengendalikan Emosi
Pengertian mengendalikan emosi di
sini harus diartikan baik sebagai kesanggupan pembicara untuk mengobarkan emosi
dan sentiment hadirin, maupun kesanggupan untuk merendahkan atau memadamkan
emosi dan sentiment itu bila perlu. Kemampuan ini seklaigus juga merupakan
aspek perbedaan yang lain antar argumentasi dan persuasi.
c. Bukti-bukti
Yaitu kesanggupan
untuk menyodorkan bukti-bukti (evidensi) yang meyakinkan mengenai suatu
kebenaran.
2.3.3.
Metode Persuasi
Pada dasarnya metode yang
dipergunakan dalam argumentasi, dapat pula dipergunakan dalam persuasi. Karena
persuasi juga mempergunakan fakta-fakta sebagai dasarnya. Hanya saja, dalam
persuasi disampinga menggunakan metode yang sama dengan metode argumentasi,
persuasi secara khusus mempergunakan beberapa metode lain seperti halnya pada
eksposisi. Metode-metode yang biasa dipergunakan adalah :
a. Rasionalisasi
Rasionalisasi
sebenarnya tidak lain dari suatu argumentasi semu, suatu proses pembuktian
mengenai suatu kebenaran dalam bentuknya yang agak lemah, dan biasanya
dipergunakan dalam persuasi.[5]
Rasionalisasi
sebagai sebuah teknik persuasi dapat dibatasi sebagai suatu proses penggunaan
akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, di mana
dasar atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu.
b. Sugesti
Sugesti
adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu
keyakinan atau pendirian tertentu tanpa member suatu dasar kepercayaan yang
logis pada orang yang ingin dipengaruhi.[6]
c. Identifikasi
Suatu
proses analisa seluruh situasi yang ada, karena persuasi berusaha menghindari
situasi konflik dan sikap ragu-ragu, maka haruslah diidentifikasi seluruh
situasi yang dihadapinya.
d. Konformitas
Konformitas
adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri serupa dengan
sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme mental untuk
menyesuaikan diri atau mencocokkan diri degan sesuatu yang diinginkan itu, dan
biasanya dianggap sebagi suatu tindakan yang akan membawa pengaruh positif kea
rah kemajuan.[7]
e. Kompensasi
Kompensasi
adalah suatu tindakan atau suataau hasil dari usaha untuk mencari suatu
pengganti (substitute) bagi sesuatu hal yang dapat diterima, atau suatu sikap
atau keadaan yang tidak dapat dipertahankan.[8]
f.
Penggantian
Penggantian
(displacement) adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau
hal yang mengalami rintangan dengan suatu maksud atau hal lain yang sekaligus
juga menggantikan emosi kebencian asli, atau kadang-kadang emosi cinta kasih
yang asli.[9]
g. Proyeksi
Proyeksi
adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya adalah subyek menjadi
objek.[10]
2.3.4. Pembagian Karangan
Persuasi
Dalam uraian
dibawah ini disajikan macam-macam persuasi ditinjau dari medan pemakaiannya.
Dari segi ini, karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Persuasi
politik
2. Persuasi
pendidikan
3. Persuasi
advertensi
4. Persuasi
propaganda
Penjelasan dari masing-masing
pembagian karangan persuasi adalah sebagai berikut :
1. Persuasi
Politik
Sesuai dengan
namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan
kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan
negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila
kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti.
2. Persuasi
Pendidikan
Persuasi
pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya,
bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka giat
berlajar, senang membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator
pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan
konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana
pendidikan.
3. Persuasi
Advertensi/Iklan
Persuasi iklan
dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau
bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau
pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang
atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu,advertensi diberi predikat jalur
komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai
konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang
panjang.
Persuasi iklan
yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli
barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai
persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk
membeli barang yang diiklankan.
4. Persuasi
Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah
informasi. Tentunya tujuan persuasi tidak hanya berhenti pada penyebaran
informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau
pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi
propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa
informasi dan ajaka. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca atau
pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan informasi tentang
seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan
pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi
tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh
persuasi propaganda.
[1]
Gorys Keraf, Argumentasi
dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm. 3.
[2] Gorys Keraf, Komposisi, Sebuah
Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende : Nusa Indah, 1980), hlm. 41-47.
[3]
Gorys Keraf, Eksposisi dan Deskripsi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
1986), hlm.66.
[4]
Gorys Keraf, Argumentasi
dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm. 118.
[5] Gorys Keraf, Argumentasi dan
Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm.124.
[6] Gorys Keraf Argumentasi dan
Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm.126.
[7] Ibid., hlm. 128.
[8] Gorys Keraf, Argumentasi dan
Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982) hlm. 129.
[10] Ibid.,hlm.131.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Argumentasi adalah salah satu jenis karangan
yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam
penulisan argumentasi isi dapat berupa pembuktian, alasan, maupun ulasan
obyektif dimana disertakan contoh, analogi,
dan sebab akibat.
Topik yang diangkat
menjadi karangan argumentasi karena memiliki 2 hal yaitu, bernilai dan tidak
bernilai. Untuk membuat keyakinan pembaca pasti dan kokoh, sangat ditentukan
oleh argumen atau alasan-alasan yang bukan hanya sesuai nalar dan mendukung,
tetapi juga diterima akal (logis). Beberapa metode yangdikembangkan
dari topik adalah genus atau definisi, sebab dan akibat, sirkumstansi,
persamaan, perbandingan, pertentangan, kesaksian dan autoritas.
Persuasi
adalah karangan yang berisi ajakan kepada pembaca dengan
menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca
membenarkannya dan bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan
masyarakat banyak. Karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Persuasi
politik
2. Persuasi
pendidikan
3. Persuasi
advertensi
4. Persuasi
propaganda
Sedangkan
metode –metode yang biasa dipergunakan dalam pembuatan karangan persuasi adalah
rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, proyeksi dan
penggantian.
3.2.
Saran
Mahasiswa di tuntut untuk lebih
dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena dengan itu dapat menambah
wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu paragraf maupun karangan kita
tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut suatu paragraf
dan juga karangan.
CONTOH LAMPIRAN
Lampiran 1 : Contoh Karangan
Argumentasi
Jiwa
kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa
kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa
kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang
luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta
terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan
di berbagai bidang.
Lampiran 2 : Contoh Karangan
Persuasi
Salah satu penyakit
yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi,
minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup,
tidak merokok, dan rutin berolah raga.
Lampiran 3 : Contoh Karangan
Persuasi Politik
BILA SI MPR
HANYA BAGI-BAGI KEKUASAAN, RENDRA DAN EEP SAEFULLAH SERUKAN PEMBANGKANGAN
Setiap orang
indonesia yang sadar hak-haknya haruslah siap melakukan gerakan pembanggkangan
warga negara. Itu perlu, terutama bila agenda nasional berupa Sidang Istimewa
(SI) MPR mendatang ini akhirnya hanya merupakan forum konstitusional bagi para
elit politik untuk berbagi kesuasaan antar mereka hingga melupakan kepentingan
umum masyarakat.
Dramawan W.S.
Rendra bersama pengamat politik Eep Saefullah Fatah disertai sejumlah praktisi
ekonomi dan seniman dengan lantang menyerukan itu dalam sebuah konfrensi pers
di Kantor Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis(19/7)
siang.
Seruan agar
masyarakat melakukan pembanggkangan warga negara ini, kata Eep dan Rendra,
diungkap sebagai wujud keprihatinan mereka sebagai warga negara atas terjadinya
arus utama politik dan ekonomi yang terus menerus menempatkan rakyat sebagai
korbannya.
Pembangkangan
warga negara diperlukan, demikian argumen Eep terutama bila proses transisi ke
arah demokrasi sudah menjadi makin elitis dan mengarah pada pembajakan
demokrasi oleh kekuatan maupun pikiran yang berpihak pada otoritarianisme.
Menurut Eep,
hal inilah yang kini membayangi proses transisi yang tengah bergulir di negara
ini, terutama jika menyaksikan si MPR yang kini telah dipersiapkan tak lebih
sebagai arena pertaruhan politik kanak-kanak. Perhelatan mahal ini dibuat demi
upaya bisa melakukan pergantian kekuaasan. “Sementara agenda mendasar yang
perlu dikerjakan bisa membuat rakyat bisa keluar dari krisis ekonomi yang
mencekik dan krisis politik yang memuakkan, justru diabaikan”, jelas Eep.
Lebih
menyedihkan lagi,tambahnya,ketika arus politik dan ekonomi yang telah
menempatkan rakyat sebagai korbannya ini seolah-olah hanya dilawan oleh
pembangkangan militer dan polisi. Citra yang terbangun oleh pemberitaan pers
bahkan telah menempatkan parlemen-parlemen seolah-olah sebagai pahlawan yang
ingin melawan arus itu.”Padahal, sesungguhnya jutru DPR-lah yang telah ikut
mengalirkannya,” ujar mahasiswa Ohaio State University,AS ini.
W.S Rendra
menambahkan, gerakan ini jauh dari sikap anarkis. Gerakan ini ibarat sebuah
obat mujarap yang mampu mengobati kelesuan jiwa agar mampu merebut masa depan
yang baik. Karena itu, ia berpendapat perlu dibangun konsolidasi antar sesama
warga negara dan aturan-aturan main yang demokratis. “Dari perspektif
kebudayaan, situasi sekarang ini menjadi tidak menentu akibat tidak adanya aturan-aturan
yang benar. Apalagi rakyat sering dianggap sebagai massa bukan lagi insan
manusia yang juga warga negara”, jelas tokoh pendiri Bengkel Teater ini
berapi-api.
Penggiat seni,
Edi Haryono, yang membaca naskah “Seruan bagi Gerakan Pembangkitan Warga
Negara”, menyebutkan, proses sosial, ekonomi, dan politik sekarang ini berjalan
ditengah ketiadaan aturan main bernegara yang demokratis telah membiarkan
tatanan hidup bernegara dikelola dipolitika dan ekonomi telah membiarkan
tatanan hidup bernegara dikelola di atas aturan main yang compang-camping,
tidak utuh dan belum demokratis.
Lampiran 4 : Contoh Karangan
Persuasi Pendidikan
KERAPIAN
BERBAHASA BERKOLERASI DENGAN KECERMATAN PENALARAN
Keterampilan
berbahasa perlu diposisikan berbanding sejajar dengan kerapian berbahasa.
Artinya, kepiawaian berbahasa seseorang harus didukung bahkan ditentukan oleh
kerapian atau keapikan bahasa yang digunakannya.
“Mengenai hal
ini ada pandangan yang menyebutkan bahwa kerapian berbahasa sangat berkorelasi
dengan kecermatan penalaran,” kata Dr. Hasan Alwi, mantan kepala pusat bahasa,
di sela-sela seminar nasional XI Bahasa dan Sastra indonesia, di Denpasar
(Bali) yang berlangsung 10-12 juli 2001.
Menurut Hasan
Alwi, pemakaian bahasa yang rapi dan dilandasi oleh penalaran yang cermat
merupakan syarat mutlak dalam keterampilan berbahasa. Dua hal ini sekaligus
akan sangat membantu kemudahan dan kelancaran dalam berkomunikasi. Akan tetapi,
kenyataan menunjukkan perpaduan ideal itu masih jauh dari harapan. Hal ini terlihat
dari penggunaan bahasa indonesia-baik tulis maupun lisan- dikalangan masyarakat
indonesia yang masih terkesan sembrono, serta mengabaikan prinsip-prinsip dasar
bahasa indonesia yang baik dan benar.
“Jika ditinjau
dari segi kerapian bahasa dan kecermatan bernalar, mutu pemakaian bahasa
indonesia yang dihasilkan itu sering sekali membuat para pakar dan pengamat
bahasa berkecil hati”. Kata Hasan Alwi.
Lampiran 5 : Contoh Karangan
Persuasi Advertensi / Iklan
Arnold Palmer
dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan
golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil resiko. Namun dengan
perhitungan yang matang.
Palmer
melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia, yang membuatnya
seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat
jet pribadinya.
Satu dari
kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah merancang desain dan lanskap
padang-padang golf. The Chun Shan yang menjadi padang golf baru pertama di cina
sejak tahun 1930-an adalah salah satu contoh yang luar biasa. Di samping itu,
nama Arnold Palmer pada pakaian golf, golf clubs, jasa carter
angkutan udara, pembangunan real estate, dan banyak lagi.
Di balik senyum
yang telah menjadi tokoh televisi. Palmer merupakan seorang pengusaha sukses
yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail. Palmer tetap
merupakan nama yang diperhitungkan di padang golf yang mampu mempesona penonton
maupun pemain handal yang dihadapinya.
Menjaga
ketetapan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting. Ia mempercayakan pada
jam tangan emas Rolex Oyster Day-date.”Bagi saya golf sudah merupakan bagian
dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan Rolex, Rolex
menjalankan tugasnya dengan sempurna!”. Suatu pujian yang berharga dari orang yang sangat
menghargai ketepatan waktu.
Lampiran
6 : Contoh Karangan Persuasi Propaganda
Perilaku
menyampah
Di kota-kota
besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup. Kebiasaan makan, misalnya,
di kota besar, restoran fast food cenderung menggunakan kemasan yang
terbuat dari plastik atau stirofoam yang sekali pakai langsung buang.
Kemasan kue dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang
cenderung menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan budaya
indonesia. Budaya indonesia menggunakan kemasan daun pisang atau daun jati.
Sebenarnya
volume sampah bisa dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampah
plastik dengan sebaik-baikna atau dengan daur ulang tetapi bagaimana menghindari
seminim mungkin perilaku menyampah. Hanya kekuatan konsumen yang bisa menekan
produsen mengurangi bahan-bahan yang makin menambah volume sampah.
Semaksimal
mungkin semua orang harus mengurangi penggunaan kemasan-kemasan yang kemudian
akan menjadi sampah yang tidak bisa hancur. Misalnya, menghindari membeli
makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik, stirofoam, atau
kalaupun terpaksa membeli,ambil saja makanannya, kemasannya dikembalikan lagi
kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan kemasan plastik tidak akan mengurangi
kenyamanan hidup.
0 comments:
Post a Comment