Wednesday 17 April 2013

MAKALAH BAHASA INDONESIA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan kehendakNya jualah makalah sederhana ini dapat penulis rampungkan tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Adapun yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Pengembangan Paragraf Argumentasi dan Persuasi.
Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan penulis mengenai hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Penulis menyadari akan kemampuan yang masih amatir. Dalam makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, walaupun masih terdapat banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang.
Penulis berharap, makalah ini dapat menjadi track record dan menjadi referensi dalam mengarungi masa depan. Penulis juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.
Semarang,  November  2011
Penulis


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2. Ruang Lingkup Masalah........................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................... 4
1.4. Sistematika Penulisan................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 6
2.1. Argumentasi............................................................................................. 6
       2.1.1. Pengertian Argumentasi.................................................................. 6
       2.1.2. Topik dan Metode Argumentasi...................................................... 8
2.2. Argumentasi dan Persuasi....................................................................... 13
2.3. Persuasi................................................................................................. 16
        2.3.1. Pengertian Persuasi...................................................................... 16
        2.3.2. Dasar-dasar Persuasi................................................................... 18
        2.3.3. Metode Persuasi......................................................................... 19
        2.3.4. Pembagian Karangan Persuasi..................................................... 22

BAB III PENUTUP.................................................................................... 26
             4.1 Kesimpulan. ..................................................................................... 26
             4.2. Saran .............................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. iv


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Menulis paragraf  termasuk kegiatan mengarang. Hasil dari kegiatan mengarang adalah berupa karangan. Karangan merupakan bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan menulis atau pengarang dalam kesatuan yang utuh.
Untuk menulis sesuatu hal yang menarik kita perlu berfikir. Sebuah paragraf yang menarik, pertama kita harus tahu apa itu paragraf. Paragraf merupakan sekelompok kalimat yang mengandung beberapa informasi yang relevan tentang suatu ide. Paragraf yang baik biasanya terpusat pada satu topik kalimat. Ketika kita mempunyai petunjuk untuk mulai menulis, kita dapat menyelesaikan paragraf tersebut dengan sukses. Sebuah kalimat topik akan membantu kita untuk memilih informasi yang relevan.
Pada dasarnya paragraf terdiri dari 3 bagian, yaitu perkenalan, isi dan kesimpulan. Pada bagian perkenalan, sebuah paragraf akan secara langsung memaparkan sesuatu yang menjadi tema atau topik paragraf tersebut. Dalam bagian ini masalah belum sepenuhnya dipaparkan. Biasanya hanya secara global saja sebuah masalah itu diperkenalkan. Kemudian pada bagian isi, tema paragraf tersebut mulai memunculkan masalah utamanya, yang tadinya global kemudian mulai mengerucut. Ide pokoknya mulai menampakkan klimaksnya. Dan yang terakhir merupakan bagian kesimpulan. Bagian berisi suatu pemecahan dari masalah yang telah dipaparkan pada bagian isi tadi. Di bagian ini pula diberikan suatu kesimpulan tentang paparan yang sudah tertulis diatas.
Paragraf deduktif dan induktif adalah salah satu contoh paragraf yang dilihat dari letak gagasan utamanya.
1.      Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf dan dilengkapi dengan kalimat penjelas sebagai pelengkapnya. Paragraf ini diawali dengan pernyataan umum dan disusul dengan penjelasan umum.
2.      Paragraf Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak diakhir kalimat dan kalimat penjelasnya terletak di awal paragraf. Paragraf ini diawali dengan urutan pernyataan khusus dan disusul dengan pernyataan umum.
                 Selain itu, sebuah paragraf selalu mengalami pengembangan. Pengembangan paragraf  mencakup dua hal, yaitu :
1.      Kemampuan memerinci secara maksimal gagasan utama alinea ke dalam gagasan-gagasan bawahan.
2.      Kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
                 Contoh dari pengembangan paragraf tersebut adalah Argumentasi dan Persuasi. Argumentasi khusus mempersoalkan bagaimana seorang pengarang menyajikan suatu komposisi dengan sasaran utama mempengaruhi dan mengubah sikap dan pendapat orang lain, baik pembaca maupun pendengar dengan mempergunakan fakta yang ada. Sedangkan Persuasi  lebih menekankan persesuaian emosional daripada kesepakatan rasional yaitu meyakinkan dengan bahasa membujuk. Hal tersebut merupakan dasar bagi penulis untuk menyusun makalah : “ PENGEMBANGAN PARAGRAF ARGUMENTASI DAN PERSUASI “.




1.2.   Ruang Lingkup Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan argumentasi dan persuasi ?.
2.      Bagaimana pengembangan karangan argumentasi dan persuasi ?.

1.3.   Tujuan Penulisan
               Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah supaya kita dapat mengetahui pengembangan dan penilaian paragraf argumentasi dan persuasi, termasuk di dalamnya perbedaan diantara kedua paragraf tersebut. Jadi dengan penulisan makalah ini kita dapat melatih dalam membuat suatu paragraf argumentasi maupun persuasi yang baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam kedua paragraf tersebut.




1.4. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyusun sistematika sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penulisan makalah ini menjelaskan dari bab ke bab secara garis besar. Di bawah ini adalah sistematikan penyusunan makalah :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang Latar Belakang, Ruang Lingkup Permasalahan, Tujuan Penulisan Makalah dan Sistematika Penelitian.

BAB II PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang pengertian argumentasi dan persuasi, serta pengembangan dan penilaian dari kedua paragraf tesebut. Termasuk di dalamnya dijelaskan mengenai perbedaan yang terdapat diantara paragraf argumentasi dan persuasi. Hal ini akan membantu dalam pembahasan dan pemahaman makalah ini.

BAB III PENUTUP
Memuat kesimpulan dan saran-saran.
 BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Argumentasi
Karangan yang bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat
2.1.1. Pengertian Argumetasi
                                          Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diingikan oleh penulis atau pembicara.[1]
Melalui argumentasi, seorang penulis berusaha merangkaiakan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga dia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam dunia ilmu pengetahuan, argumentasi itu tidak lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
                                    Dasar sebuah tulisan argumentasi adalah berpikir kritis dan juga logis . Argumentasi disamping memerlukan kejelasan, memerlukan juga keyakinan dengan perantaraan fakta-fakta itu. Sebab itu, penulis harus meneliti apakah semua fakta yang akan dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula bagaiman relevansi kualitasnya dengan maksudnya.
                                    Berbicara mengenai sebuah tulisan argumentasi, terdapat beberapa dasar yang penting yang menjadi landasan argumentasi. Pertama adalah mengenai penalaran yaitu bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu proses berfikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat. Yang kedua adalah mengenai beberapa corak penularan. Yang ketiga adalah, bagaimana mengadakan penilaian atau penolakan atas pendapat orang lain atau pendapat sendiri yang pernah dicetuskan. Yang keempat merupakan bagaimana menyususn tulisan argumentasi itu sendiri dan yang terakhir adalah dikemukakannya masalah persuasi yang bertalian erat dengan argumentasi.[2]



2.1.2. Topik dan Metode Argumentasi
Manusia yang disodori argumentasi tidak bergerak karena bentuk yang disampaikan kepadanya, tetapi ia tergerak oleh isi dari argument yang dikemukakannya. Inilah yang sanggup menggerakkan totalitas seorang manusia. Logika adalah sesuatu yang dipergunakan untuk membantu sebuah argumentasi yang lebih banyak mempersoalkan bentuk.
Untuk mengatasi kekuarangan yang terkandung dalam logika, Aristoteles menambahkan bahwa di samping keabsahan bentuk, harus pula dilihat pula dari kebenaran isinya. Dia mengartikan isi argument sebagai suatu kelompok sumber atau topik. Topik inilah yang dapat memberikan fakta-fakta bagi sebau karya argumentasi. Sebalknya, topik atau sumber atau pokok persoalan, terdiri dari bagian-bagian pengalaman yang merupakan kesatuan, yang dapat menurunkan proposisi-proposisi bagi sebuah argumen. Oleh karena itu, sebuah proposisi haruslah mengandung kebenaran.
Topik yang dijadikan landasan proposisi-proposisi dapat dijabarkan menjadi bermacam-macam metode argumnetasi. Karena yang akan dicapai oleh seorang pengarang dalam sebuah argumentasi adalah untuk merebut kepercayaan dari pembaca, dan berusaha agar pembaca mengubah sikap dan pendapat mereka. Oleh karena itu, semakin banyak fakta disodorkan, semakin kuat pula pembuktian yang dilakukan oleh pengarang.
Beberapa metode yang dikembangkan dari topil yang ada adalah :
a.       Genus dan Definisi
Dalam hal ini, manusia merupakan sebuah genus atau kelas. Dalam genus ini terdapat semua argumen atau bukti yang dimiliki oleh semua anggota kelas, dimana manusia sebagai salah satu anggota kelasnya. Di sini pengarang harus mengajukan argumen atau fakta mengenai genus, sehingga dapat meyakinkan semua orang bahwa benar kelas itu memiliki cirri-ciri tersebut.
Argumentasi dilanjutkan dengan proposisi yang mempergunakan manusia sebagai sebuah genus atau kelas. Dalam tahap ini, pengarang berusaha kembali untuk mengemukakan cirri yang dianggap sebagai cirri-cairi dari seorang manusia, seperti berakal budi, bebas berpendapat, bebas berfikir dan bebas untuk menentukan nasibnya sendiri.
Keberhasilan retorika disini akan tercapai, juka penulis sanggup mengungkapkan hal0hal yang betul-betul merangsang setiap orang untuk mepercayai dan menerima bahwa hal-hal itulah merupakan cirri-ciri manusia. Apabila dia mengemukakan ciri-ciri yang tidak diterima oleh pembaca sebagai cirri manusia, maka akan lemahlah argumentasinya.
Argumentasi mempergunakan definisi sebagai landasan geraknya yang cenderung menguraikan objek dan kelasnya. Definisi itu tidak lain daripada usaha menetapkan genus bagi objek yang dibicarakan. Dan penulis biasaya membuat definisi luas dengan berusaha menjelaskan cirri-ciri yang dikenakan pada sebuah genus.
Argumen-argumen yang mempergunakan genus dan definisi memiliki hakikat yang sama, sebab keduanya mempergunakan klasifikasi yang sudah ada. Di samping argumentasi yang dibangun berdasarkan genus dan definisi, terdapat juga argumen dengan mempergunakan contoh-contoh. Argumen ini juga dimasukkan dalam kelompok ini, karena contoh selalu mencakup sebuah kelas yang lebih umum. Genus adalah sesuatu yang lebih luas lingkupnya dari obhek yang dibicarakan, sedangkan contoh merupakan genus dari objek yang dibicarakan.
b.      Sebab dan Akibat
Topik atau isi argumen yang didasarkan pada sebab-akibat selalu mempergunakan proses berpikir yang bercorak kasual. Proses berpikir ini menyatakan, bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah akibat yang sebanding atau sebuah akibat tertentu akan mencakup pula sebab yang sebanding.
c.       Keadaan atau Sirkumstansi
Keadaan sendiri adalah suatu proses yang digolongkan dalam proses sebab-akibat. Sirkumstansi atau keadaan tergolong dalam relasi kausal. Tetapi jauh tidak ada alternatif lain, maka keadaan itulah yang dijadikan argumen.         
d.      Persamaan
Kekuatan argumentasi dengan mempergunakan metode persamaan terletak pada suatu pernyataan mengenai kesamaan antara dua barang. Apabila argumentasi mempergunakan persamaan sebagai landasan metodenya, maka premis mayor mengemukakan prinsip-prinsip persamaan, yang memang menurut logika tidak dapat disangkal.
Premis minor sebaliknya mengungkapkan fakta-fakta persamaan yang ada antara dua hal tersebut. Sebaliknya, kesimpulan mengungkapkan tentang kemungkinan persamaan itu lebih lanjut.
e.       Perbandingan
Antara persamaan (similitude) dan perbandingan terdapat kesamaan tetapi juga terdapat perbedaan. Dalam perbandingan tercakup pengertian, bahwa salah satu dari hal yang diperbandingkan lebih kuat dari hal lain yang dijadikan dasar perbandingan.
f.     Pertentangan
Argumentasi dengan metode pertentangan tau kebalikan berasumsi bahwa jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau situasi tertentu, maka situasi atau fakta yang bertentangan dengan fakta dan situasi yang tadi akan membawa bencana atau malapetaka bagi kita.
Argumentasi dengan mempergunakan cara ini termasuk dalam argumentasi  yang didasarkan pada relasi antar pelbagai fakta dan peristiwa, seperti halnya dengan persamaan dan perbandingan.
g.       Kesaksian dan Autoritas
Kesaksian atau autoritas merupakan topik atau sumber yang bersifat dari luar. Disebut sebgai sumber luar karena semua premis atau proposisi yang digunakan merupakan persepsi orang lain yang siap kita gunakan. Argumen dengan mempergunakan autoritas, didasarkan pada pendapat atau ucapan dari seseorang yang terkenal atau yang diakui keahliannya.

2.2. Argumentasi dan Persuasi
                         Karena persuasi bertolak dari kepercayaan terhadap orang yang diajak bicara dan sebaliknya, maka terdapatlah garis singgung antara argumentasi dan persuasi. Karena garis singgung tersebut, banyak orang beranggapan bahwa persuasi merupakan sinonim atau istilah yang mempunyai makna yang sama dengan argumentasi.
                        Namun bagaimanapun juga, antar kedua istilah tersebut terdapat perbedaan yang jelas. Bila kita memperhatikan uraian mengenai argumentasi, maka tampak bahwa cirri khas argumentasi adalah usaha membuktikan suatu kebenaran sebagai digariskan dalam proses penalaran penulis atau dengan kata lain argumentasi adalah suatu proses untuk mencapai suatu kesimpulan. Sebaliknya, persuasi adalah suatu keahlian untuk mencapai suatu persetujuan atau kesesuaian kehendak pembicara dan yang diajak bicara. Ia merupakan proses untuk meyakinkan orang lain supaya orang itu menerima apa yang diinginkan pembicara atau penulis.
                        Dengan demikian perbedaan antara argumentasi dan persuasi adalah sebagai berikut :
a.       Menyangkut kebenaran atau kesepakatan
Keduanya merupakan hasil dari suatu proses berpikir. Kebenaran merupakan hasil dari proses penalaran dalam argumentasi, sedangkan kesepakatan adalah hasil dari proses berpikir dalam persuasi.
b.      Sasaran proses berpikir
Sasaran proses berpikir dalam argumentasi adalah kebenaran mengenai subjek yang diargumentasikan, sedangkan sasaran proses berpikir dalam persuasi adalah hadirin, yaitu usaha bagaimana merebut kesepakatan dari para hadirin.
c.       Analisa
Persuasi memerlukan analisa yang cermat mengenai hadirin dan seluruh situasi yang ada, sedangkan argumentasi memerlukan analisa yang cermat mengenai fakta-fakta yang ada untuk membuktikan kebenaran itu. Dalam melakukan analisa proses dapat pula dipergunakan teknik narasi.[3]
d.      Perbedaan jumlah fakta yang dipergunakan
Dalam argumentasi, semakin banyak fakta yang dipergunakan, semakin kuat pula kebenaran yang dipertahankan. Sebaliknya, dalam persuasi fakta yang dipergunakan seperlunya saja.
e.       Situasi yang dimasuki
Pada waktu mengadakan argumentasi, situasi dominan yang timbul adalah situasi keragu-raguan dan situasi konflik mengenai kebenaran dari persoalan yang diargumentasikan. Sebaliknya dalam persuasi, pembicara selalu berusaha sejauh mungkin menghindari situasi konflik. Pembuktian harus disampaikan sedemikian rupa, sehingga tidak sampai menciptakan situasi konflik.

2.3. Persuasi
        Karangan yang berisi ajakan kepada pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca membenarkannya dan bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat banyak. Lazimnya berbentuk prosa.
                     2.3.1. Pengertian Persuasi
                                          Persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara (bentuk lisan, misalnya pidato) atau oleh penulis (bentuk tulisan, cetakan,elektronik)  pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang.[4]
                                       Persuasi dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil keputusan. Mereka yang menerima persuasi harus mendapat keyakinan bahwa keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana serta dilakukan tanpa paksaan.
Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Sehingga untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya diperlukan upaya-upaya tertentu yaitu dengan menyodorkan bukti-bukti, walaupun tidak setegas seperti yang dilakukan dalam argumentasi.
Kepercayaan merupakan unsure utama dalam persuasi. Walaupun demikian, tindakan persuasi itu sendiri tidak harus diarahkan kepada kepercayaan, tetapi juga dapat diarahkan kepada jangkauan yang lebih jauh, yaitu agar yang diajak bicara dapat melakukan sesuatu. Sebab itu, persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
Dari uraian diatas maka dapat diketahui bahwa ciri-ciri daripada persuasi adalah sebagai berikut :
a. Harus menimbulkan kepercayaan pendengar/pembacanya.
b. Bertolak atas pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
c. Harus menciptakan persesuaian melalui kepercayaan antara. pembicara/penulis dan yang diajak berbicara/pembaca.
d. Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan tujuan tercapai.
e. Harus ada fakta dan data secukupnya.
Dan yang tergolong ke dalam persuasi adalah :
a. Bentuk pidato, misalnya propaganda, kampanye lisan, dan penjual jamu ditempat-tempat terbuka.
b. Bentuk tulisan berupa iklan dan selebaran.
c. Bentuk elektronik, misalnya iklan di televisi, bioskop, dan internet.

2.3.2. Dasar – dasar Persuasi
                             Dalam bukunya Rhetorica, Aristoteles mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengadakan persuasi. Ketiga syarat tersebut adalah dasar-dasar bagi sebuah persuasi. Dan apabila salah satu syarat tidak dipenuhi maka kesepakatan akan lebih susah diraih. Ketiga syarat-syarat tersebut adalah :
a.       Watak dan Kredibilitas
            Orang yang akan mengadakan persuasi harus memiliki kualitas yang baik dan terpercaya dalam segala hal diantaranya adalah memiliki watak yang baik dan terpercaya, memiliki kemampuan berpikir secara teratur, selalu memperlihatkan simpati, memperlihatkan sikap mempercayai orang lain dan sebagainya.
b.      Kemampuan Mengendalikan Emosi
            Pengertian mengendalikan emosi di sini harus diartikan baik sebagai kesanggupan pembicara untuk mengobarkan emosi dan sentiment hadirin, maupun kesanggupan untuk merendahkan atau memadamkan emosi dan sentiment itu bila perlu. Kemampuan ini seklaigus juga merupakan aspek perbedaan yang lain antar argumentasi dan persuasi.
c.       Bukti-bukti
Yaitu kesanggupan untuk menyodorkan bukti-bukti (evidensi) yang meyakinkan mengenai suatu kebenaran.

2.3.3. Metode Persuasi
                                Pada dasarnya metode yang dipergunakan dalam argumentasi, dapat pula dipergunakan dalam persuasi. Karena persuasi juga mempergunakan fakta-fakta sebagai dasarnya. Hanya saja, dalam persuasi disampinga menggunakan metode yang sama dengan metode argumentasi, persuasi secara khusus mempergunakan beberapa metode lain seperti halnya pada eksposisi. Metode-metode yang biasa dipergunakan adalah :
a.       Rasionalisasi
               Rasionalisasi sebenarnya tidak lain dari suatu argumentasi semu, suatu proses pembuktian mengenai suatu kebenaran dalam bentuknya yang agak lemah, dan biasanya dipergunakan dalam persuasi.[5]
               Rasionalisasi sebagai sebuah teknik persuasi dapat dibatasi sebagai suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, di mana dasar atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu.
b.      Sugesti
               Sugesti adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa member suatu dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi.[6]
c.       Identifikasi
               Suatu proses analisa seluruh situasi yang ada, karena persuasi berusaha menghindari situasi konflik dan sikap ragu-ragu, maka haruslah diidentifikasi seluruh situasi yang dihadapinya.
d.      Konformitas
               Konformitas adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokkan diri degan sesuatu yang diinginkan itu, dan biasanya dianggap sebagi suatu tindakan yang akan membawa pengaruh positif kea rah kemajuan.[7]
e.       Kompensasi
               Kompensasi adalah suatu tindakan atau suataau hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti (substitute) bagi sesuatu hal yang dapat diterima, atau suatu sikap atau keadaan yang tidak dapat dipertahankan.[8]
f.        Penggantian
               Penggantian (displacement) adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau hal yang mengalami rintangan dengan suatu maksud atau hal lain yang sekaligus juga menggantikan emosi kebencian asli, atau kadang-kadang emosi cinta kasih yang asli.[9]
g.       Proyeksi
               Proyeksi adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya adalah subyek menjadi objek.[10]

                     2.3.4. Pembagian Karangan Persuasi
                                                Dalam uraian dibawah ini disajikan macam-macam persuasi ditinjau dari medan pemakaiannya. Dari segi ini, karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :

1. Persuasi politik
2. Persuasi pendidikan
3. Persuasi advertensi
4. Persuasi propaganda
               Penjelasan dari masing-masing pembagian karangan persuasi adalah sebagai berikut :
1. Persuasi Politik
                                                     Sesuai dengan namanya, persuasi politik dipakai dalam bidang politik oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang politik dan kenegaraan. Para ahli politik dan kenegaraan sering menggunakan pesuasi jenis ini untuk keperluan politik dan negaranya. Kita akan bisa memahami persuasi politik lebih baik lagi, bila kutipan berikut ini kita kaji dengan teliti.
2. Persuasi Pendidikan
Persuasi pendidikan dipakai oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Seorang guru, misalnya, bisa menggunakan persuasi ini untuk mempengaruhi anak supaya mereka giat berlajar, senang membaca dan lain-lain. Seorang motivator atau inovator pendidikan bisa memanfaatkan persuasi pendidikan dengan menampilkan konsep-konsep baru pendidikan untuk bisa dilaksanakan oleh pelaksana pendidikan.
3. Persuasi Advertensi/Iklan
Persuasi iklan dimanfaatkan terutama dalam dunia usaha untuk memperkenalkan suatu barang atau bentuk jasa tertentu. Lewat persuasi iklan ini diharapkan pembaca atau pendengar menjadi kenal, senang, ingin memiliki, berusaha untuk memiliki barang atau memakai jasa yang ditawarkan. Karena itu,advertensi diberi predikat jalur komunikasi antara pabrik dan penyalur, pemilik barang dan publik sebagai konsumen. Iklan itu beraneka ragam, ada yang sangat pendek, ada pula yang panjang.
Persuasi iklan yang baik adalah persuasi yang mampu dan berhasil merangsang konsumen membeli barang yang ditawarkan. Sebaliknya, persuasi iklan itu tergolong sebagai persuasi yang kurang baik apabila tidak berhasil merangsang konsumen untuk membeli barang yang diiklankan.

4. Persuasi Propaganda
Objek yang disampaikan dalam persuasi propaganda adalah informasi. Tentunya tujuan persuasi tidak hanya berhenti pada penyebaran informasi saja. Lebih dari itu, dengan informasi diharapkan pembaca atau pendengar mau dan sadar untuk berbuat sesuatu.
Persuasi propaganda sering dipakai dalam kegiatan kampanye. Isi kampanye biasanya berupa informasi dan ajaka. Tujuan akhir dari kampanye adalah agar pembaca atau pendengar menuruti isi ajakan kampanye tersebut. Pembuatan informasi tentang seseorang yang mengidap penyakit jantung yang disertai dengan ajakan pengumpulan dana untuk pengobatannya, atau selebaran yang berisi informasi tentang situasi tertentu yang disertai ajakan berbuat sesuatu adalah contoh persuasi propaganda.


[1] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm. 3.
[2] Gorys Keraf, Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende : Nusa Indah, 1980), hlm. 41-47.
[3]  Gorys Keraf, Eksposisi dan Deskripsi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1986), hlm.66.
[4] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm. 118.
[5] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm.124.
[6] Gorys Keraf Argumentasi dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982), hlm.126.
[7] Ibid., hlm. 128.
[8] Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1982)  hlm. 129.
[9]Ibid., hlm.130.
[10] Ibid.,hlm.131.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Argumentasi adalah salah satu jenis karangan yang ditulis dengan tujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca. Dalam penulisan argumentasi isi dapat berupa pembuktian, alasan, maupun ulasan obyektif dimana disertakan contoh, analogi, dan sebab akibat.
 Topik yang diangkat menjadi karangan argumentasi karena memiliki 2 hal yaitu, bernilai dan tidak bernilai. Untuk membuat keyakinan pembaca pasti dan kokoh, sangat ditentukan oleh argumen atau alasan-alasan yang bukan hanya sesuai nalar dan mendukung, tetapi juga diterima akal (logis). Beberapa metode yangdikembangkan dari topik adalah genus atau definisi, sebab dan akibat, sirkumstansi, persamaan, perbandingan, pertentangan, kesaksian dan autoritas.
Persuasi adalah karangan yang berisi ajakan kepada pembaca dengan menyampaikan alasan, contoh, dan bukti yang meyakinkan sehingga pembaca membenarkannya dan bersedia melaksanakan ajakan hal-hal yang baik demi kepentingan masyarakat banyak. Karangan persuasi dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Persuasi politik
2. Persuasi pendidikan
3. Persuasi advertensi
4. Persuasi propaganda
Sedangkan metode –metode yang biasa dipergunakan dalam pembuatan karangan persuasi adalah rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konformitas, kompensasi, proyeksi dan penggantian.

3.2. Saran
Mahasiswa di tuntut untuk lebih dalam mempelajari pelajaran Bahasa Indonesia. Karena dengan itu dapat menambah wawasan kita. Misalnya dalam pembuatan suatu paragraf maupun karangan kita tidak keliru lagi. Lebih memahami unsur-unsur yang menyangkut suatu paragraf dan juga karangan.
                   CONTOH LAMPIRAN 
Lampiran 1 : Contoh Karangan Argumentasi

Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan. Pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.










Lampiran 2 : Contoh Karangan Persuasi
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga.











Lampiran 3 : Contoh Karangan Persuasi Politik
BILA SI MPR HANYA BAGI-BAGI KEKUASAAN, RENDRA DAN EEP SAEFULLAH SERUKAN PEMBANGKANGAN
Setiap orang indonesia yang sadar hak-haknya haruslah siap melakukan gerakan pembanggkangan warga negara. Itu perlu, terutama bila agenda nasional berupa Sidang Istimewa (SI) MPR mendatang ini akhirnya hanya merupakan forum konstitusional bagi para elit politik untuk berbagi kesuasaan antar mereka hingga melupakan kepentingan umum masyarakat.
Dramawan W.S. Rendra bersama pengamat politik Eep Saefullah Fatah disertai sejumlah praktisi ekonomi dan seniman dengan lantang menyerukan itu dalam sebuah konfrensi pers di Kantor Dewan Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis(19/7) siang.
Seruan agar masyarakat melakukan pembanggkangan warga negara ini, kata Eep dan Rendra, diungkap sebagai wujud keprihatinan mereka sebagai warga negara atas terjadinya arus utama politik dan ekonomi yang terus menerus menempatkan rakyat sebagai korbannya.
Pembangkangan warga negara diperlukan, demikian argumen Eep terutama bila proses transisi ke arah demokrasi sudah menjadi makin elitis dan mengarah pada pembajakan demokrasi oleh kekuatan maupun pikiran yang berpihak pada otoritarianisme.
Menurut Eep, hal inilah yang kini membayangi proses transisi yang tengah bergulir di negara ini, terutama jika menyaksikan si MPR yang kini telah dipersiapkan tak lebih sebagai arena pertaruhan politik kanak-kanak. Perhelatan mahal ini dibuat demi upaya bisa melakukan pergantian kekuaasan. “Sementara agenda mendasar yang perlu dikerjakan bisa membuat rakyat bisa keluar dari krisis ekonomi yang mencekik dan krisis politik yang memuakkan, justru diabaikan”, jelas Eep.
Lebih menyedihkan lagi,tambahnya,ketika arus politik dan ekonomi yang telah menempatkan rakyat sebagai korbannya ini seolah-olah hanya dilawan oleh pembangkangan militer dan polisi. Citra yang terbangun oleh pemberitaan pers bahkan telah menempatkan parlemen-parlemen seolah-olah sebagai pahlawan yang ingin melawan arus itu.”Padahal, sesungguhnya jutru DPR-lah yang telah ikut mengalirkannya,” ujar mahasiswa Ohaio State University,AS ini.
W.S Rendra menambahkan, gerakan ini jauh dari sikap anarkis. Gerakan ini ibarat sebuah obat mujarap yang mampu mengobati kelesuan jiwa agar mampu merebut masa depan yang baik. Karena itu, ia berpendapat perlu dibangun konsolidasi antar sesama warga negara dan aturan-aturan main yang demokratis. “Dari perspektif kebudayaan, situasi sekarang ini menjadi tidak menentu akibat tidak adanya aturan-aturan yang benar. Apalagi rakyat sering dianggap sebagai massa bukan lagi insan manusia yang juga warga negara”, jelas tokoh pendiri Bengkel Teater ini berapi-api.
Penggiat seni, Edi Haryono, yang membaca naskah “Seruan bagi Gerakan Pembangkitan Warga Negara”, menyebutkan, proses sosial, ekonomi, dan politik sekarang ini berjalan ditengah ketiadaan aturan main bernegara yang demokratis telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola dipolitika dan ekonomi telah membiarkan tatanan hidup bernegara dikelola di atas aturan main yang compang-camping, tidak utuh dan belum demokratis.









Lampiran 4 : Contoh Karangan Persuasi Pendidikan
KERAPIAN BERBAHASA BERKOLERASI DENGAN KECERMATAN PENALARAN
Keterampilan berbahasa perlu diposisikan berbanding sejajar dengan kerapian berbahasa. Artinya, kepiawaian berbahasa seseorang harus didukung bahkan ditentukan oleh kerapian atau keapikan bahasa yang digunakannya.
“Mengenai hal ini ada pandangan yang menyebutkan bahwa kerapian berbahasa sangat berkorelasi dengan kecermatan penalaran,” kata Dr. Hasan Alwi, mantan kepala pusat bahasa, di sela-sela seminar nasional XI Bahasa dan Sastra indonesia, di Denpasar (Bali) yang berlangsung 10-12 juli 2001.
Menurut Hasan Alwi, pemakaian bahasa yang rapi dan dilandasi oleh penalaran yang cermat merupakan syarat mutlak dalam keterampilan berbahasa. Dua hal ini sekaligus akan sangat membantu kemudahan dan kelancaran dalam berkomunikasi. Akan tetapi, kenyataan menunjukkan perpaduan ideal itu masih jauh dari harapan. Hal ini terlihat dari penggunaan bahasa indonesia-baik tulis maupun lisan- dikalangan masyarakat indonesia yang masih terkesan sembrono, serta mengabaikan prinsip-prinsip dasar bahasa indonesia yang baik dan benar.
“Jika ditinjau dari segi kerapian bahasa dan kecermatan bernalar, mutu pemakaian bahasa indonesia yang dihasilkan itu sering sekali membuat para pakar dan pengamat bahasa berkecil hati”. Kata Hasan Alwi.







                                                                                   











Lampiran 5 : Contoh Karangan Persuasi Advertensi / Iklan
Arnold Palmer dewasa ini menggebrak dunia usaha dengan kehebatan yang sama dalam permainan golf. Ia penuh keyakinan, gigih dan berani dalam mengambil resiko. Namun dengan perhitungan yang matang.
 Palmer melibatkan diri dalam belasan kegiatan usaha di seluruh dunia, yang membuatnya seringkali terbang untuk berbagai pertemuan dan mengemudikan sendiri pesawat jet pribadinya.
Satu dari kegiatan-kegiatan yang paling penting adalah merancang desain dan lanskap padang-padang golf. The Chun Shan yang menjadi padang golf baru pertama di cina sejak tahun 1930-an adalah salah satu contoh yang luar biasa. Di samping itu, nama Arnold Palmer pada pakaian golf, golf clubs, jasa carter angkutan udara, pembangunan real estate, dan banyak lagi.
Di balik senyum yang telah menjadi tokoh televisi. Palmer merupakan seorang pengusaha sukses yang selalu memberikan perhatian sampai ke detail. Palmer tetap merupakan nama yang diperhitungkan di padang golf yang mampu mempesona penonton maupun pemain handal yang dihadapinya.
Menjaga ketetapan waktu jelas merupakan tugas yang amat penting. Ia mempercayakan pada jam tangan emas Rolex Oyster Day-date.”Bagi saya golf sudah merupakan bagian dari jiwa. Perasaan yang sama kuatnya juga saya alami dengan Rolex, Rolex menjalankan tugasnya dengan sempurna!”. Suatu pujian yang berharga dari orang yang sangat menghargai ketepatan waktu.







                                                           












Lampiran 6 : Contoh Karangan Persuasi Propaganda

Perilaku menyampah
Di kota-kota besar, setiap orang mencari kemudahan dalam hidup. Kebiasaan makan, misalnya, di kota besar, restoran fast food cenderung menggunakan kemasan yang terbuat dari plastik atau stirofoam yang sekali pakai langsung buang. Kemasan kue dahulu menggunakan daun pisang yang bisa membusuk, sekarang cenderung menggunakan plastik. Semua itu kebiasaan impor yang bukan budaya indonesia. Budaya indonesia menggunakan kemasan daun pisang atau daun jati.
Sebenarnya volume sampah bisa dikurangi drastis bukan hanya dengan menangani sampah plastik dengan sebaik-baikna atau dengan daur ulang tetapi bagaimana menghindari seminim mungkin perilaku menyampah. Hanya kekuatan konsumen yang bisa menekan produsen mengurangi bahan-bahan yang makin menambah volume sampah.
Semaksimal mungkin semua orang harus mengurangi penggunaan kemasan-kemasan yang kemudian akan menjadi sampah yang tidak bisa hancur. Misalnya, menghindari membeli makanan dan minuman yang menggunakan kemasan plastik, stirofoam, atau kalaupun terpaksa membeli,ambil saja makanannya, kemasannya dikembalikan lagi kepada penjualnya. Rasanya tidak menggunakan kemasan plastik tidak akan mengurangi kenyamanan hidup.




 

Kiwilicious.com | Copyright © 2012 | Powered by Blogger | Blog Designed By Yogen Basnet